PertanyaanKeenam: Imam Ghazali : "Apa yang paling tajam sekali di dunia ini? " Murid- Murid dengan serentak menjawab : "Pedang" Imam Ghazali : "Itu benar, tapi yang paling tajam sekali di dunia ini adalah LIDAH MANUSIA. Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.
EnamPertanyaan Imam Al-Ghazali Kepada Muridnya. As-Syekh abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghozali atau lebih dikenal dengan sebutan Imam Al-Ghozali adalah seorang tokoh besar dalam sejarah Islam. Imam Al-Ghozali mengajukan Enam pertanyaan pada saat berkumpul dengan murid-muridnya.
ImamAl-Ghazali mengilustrasikan pertanyaan yang diajukan oleh orang yang tidak tahu sebagai keterangan penyakit yang diajukan oleh pasien kepada dokter. Sedangkan jawabannya diumpamakan sebagai upaya dokter dalam menyembuhkan penyakit tersebut. Orang bodoh adalah pasien yang sakit. Sedangkan ulama adalah dokternya.
Semua jawapan itu benar," kata Imam Ghazali. "Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah 'nafsu'. (Al-A'raf :179).Maka kita harus menjaga hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka." Pertanyaan keempat adalah, "Apakah yang paling berat di dunia ini?" Ada yang menjawab baja, besi, dan gajah.
Sepertibiasa pada Jumat pertama setiap bulan SMPN 1 Wonosari menggelar kegiatan jumat taqwa. Jumat taqwa bulan September 2018 ini di adakan di Masjid As Salam dan pemateri kali ini adalah Bpk Budi Aditya Wardana, S.Ag. Pada kesempatan kali ini Bapak Budi menyampaikan materi tentang 6 pertanyaan imam Al Ghazali kepada murid-muridnya.
AdalahImam Al Ghozali, memberikan kita pelajaran melalui pemahamannya yang dalam. Pada suatu hari, dalam majelis ilmu yang dihadiri oleh banyak muridnya, Imam Al Ghozali bertanya enam pertanyaan. Pertama, beliau bertanya, apakah yang "paling dekat" dengan diri kita? Para murid saling bergatian menjawab, saudara, orang tua, pakaian, dan sebagainya.
Semuajawaban hampir benar, kata Imam Ghazali, tapi yang paling berat adalah "memegang amanah." Pertanyaan yang kelima adalah, "Apa yang paling ringan di dunia ini?" Ada yang menjawab kapas, angin, debu, dan daun-daunan. Semua itu benar kata Imam Ghazali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah meninggalkan "shalat".
X2JU6vF. الحمد لله رب العالمين وبه نستعين على امورالدنيا والدين. أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله. اللهم صل على سيدنا محمد وعلى أله وصحبه أجمعين. اما بعد فياعباد الله أوصيكم وإياي بتقوى الله فقد فاز المتقون, وقال الله تعالى فى القرأن العظيم كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ الله العلي العظيم Jama’ah Jum’ah Rohimakumullah Pada kesempatan khutbah kali ini, pertama-tama saya mengajak pribadi saya sendiri dan kaum muslimin umumnya untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah swt. Hanya dengan taqwalah bekal yang untuk menghadap-Nya nanti. Fainna khairaz zadit taqwa. Jangan ragukan janji Allah, bahwa ia hanya melihat seseorang dari ketaqwaannya bukan dari sisi lainnya. Jama’ah yang dimuliakan Allah Dalam khutbah kali ini saya hendak mengisahkan sebuah cerita diskusi antara Imam Al-Ghozali dengan muridnya. Ada enam pertanyaan yang dilontarkan beliau kepada para muridnya, dan kesemuanya sangat bagus untuk kita simak niali-nilai yang terkandung di dalamnya. Suatu ketika Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam Al Ghozali bertanya. Wahai murid-muridku sekalian, coba kalian jawab "Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?" Murid-muridnya menjawab "orang tua,guru,kawan,dan sahabatnya". Imam Ghozali menjelaskan semua jawapan itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "MATI". كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayaka Ali Imran 185 Kematian adalah sesuatu yang tiada seorang pun tahu kapan ia akan datang. Karena itu manusia harus selalu bersiap diri menghadapinya. Terkadang ia jauh terasa, padahal ia dekat dalam kenyataannya. Janganlah kita lengah dalam memahami hal ini, jangan sekali-kali merasa diri jauh dari mati, karena itu membuat kita besar hati. Justru kerahasiaannya harus kita maknai bahwa mati bisa terjadi kapan saja dan dimana saja tanpa adanya peringatan dari-Nya. Inilah yang hendak disampaikan oleh Al-Ghazali kepada murid-muridnya. Lalu Imam Ghozali meneruskan pertanyaan yang kedua.... "Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?" Murid -muridnya menjawab "negara Cina, bulan, matahari dan bintang -bintang". Lalu Imam Ghozali menjelaskan bahawa semua jawapan yang mereka berikan itu adalah benar. Tapi yang paling benar adalah "MASA LALU". Walau dengan apa cara sekalipun kita tidak dapat kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama. Ini tepat dengan sebuah hadits yang menganjurkan bahwa kehidupan kita hari ini harus jauh lebih baik dari kemaren, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Jika difikir lebih dalam, maka yang perlu diperhatikan adalah waktu. Waktu tidak akan datang berulang untuk kedua kali, sekali kita bertindak kesalahan kita tidak bisa merevisinya lagi. Paling banter kita hanya bisa bertobat dan berharap pengampunan. Sebagian pepatah bilang waktu adalah sesuatu yang paling berharga. Emas, harta bisa dicari tapi waktu yang sudah berlalu tak mungkin hadir kembali. Jama’ah Jum’ah yang berbahagia Mati dan waktu adalah dua rahasia yang ada di genggaman-Nya. Kita sebagai hamba hanya bisa berharap dan berdo’a semoga Allah swt memberikan anugrah kepada kita agar mampu memanfaatkan waktu untuk mempersiapkan diri menghadapi kematian. Lalu Imam Ghozali meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga.... "Apa yang paling besar di dunia ini?". Murid-muridnya menjawah "gunung, bumi dan matahari". Semua jawapan itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "NAFSU" وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَـٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَـٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami ayat-ayat Allah dan mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar ayat-ayat Allah. Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Meraka itulah orang-orang yang lalai. QS. 7179 Al A'Raf 179. Nafsu adalah hal penentu pada diri manusia. Ingin bahagia yang hakiki? Kendalikanlah nafsumu, ingin celaka selamanya? Turuti nafsumu... pengendalian nafsu adalah kunci dalam hidup ini. Itulah pesan tersembunyi dari al-Ghazali bahwa nafsu adalah hal paling besar, hal yang paling menentukan.... Kemudian al-Ghazali meneruskan pada Pertanyaan keempat adalah, "Apa yang paling berat di dunia ini?". Murid-murid Ada yang menjawab "besi dan gajah". Semua jawapan adalah benar, kata Imam Ghozali, tapi yang paling berat adalah "MEMEGANG AMANAH" إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh, QS. 3372 Al Ahzab 72. Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah pemimpin di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak dapat memegang amanahnya. Jama’ah yang dimuliakan Allah Pertanyaan Imam al-Ghazali yang kelima adalah, "Apa yang paling ringan di dunia ini?"... Ada yang menjawab "kapas, angin, debu dan daun-daunan". Semua itu benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah meninggalkan Sholat. Gara-gara pekerjaan kita meninggalkan sholat, gara-gara bermesyuarat kita meninggalkan sholat. Kita harus ingat bahwa sholat adalah hal pertama yang ditanyakan Allah kepada manusia. Dan sholat adalah kewajiban terpenting di dunia ini. Namun anenya, meski demikian sholat adalah hal termudah yang sering dilewatkan oleh orang-orang muslim? Ringan sekali mlewatinya. Dan pertanyaan keenam adalah, "Apakah yang paling tajam di dunia ini?"... Murid-muridnya menjawab dengan serentak, "pedang". Benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling tajam adalah "LIDAH MANUSIA" Karena melalui lidah, Manusia selalunya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri. Ingatlah sebuah hadits yang menerangkan المسلم من سلم المسلمون من لسانه ويده seorang muslim adalah orang bisa menjaga orang muslim lainnya dari lisannya dan tangannya. Khirnya, di penghujung khotbah ini saya mengajak diri saya dan jama’ah sekalian bila ada waktu sering-seringlah merenung bahwa mati akan segera menjemput kita, insyaallah diri kita akan termotifasi untuk mengendalikan nafsu, menjalankan sholat, menjaga lidah dan memegang amanah. بَارَكَ الله لِى وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذْكُرَ الْحَكِيْمَ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَاِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ العَلِيْمُ, وَأَقُوْلُ قَوْلى هَذَا فَاسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
IMAM al Ghazali adalah salah satu ulama salaf dulu yang berjasa bagi perkembangan umat silam, salah satunya dalam bidang pendidikan. Namun, tak hanya pendidikan dan fiqih, al Ghazali juga dinilai sebagai ulama bijak yang senantiasa memberikan nasehat dan pesan-pesan yang menggugah hidup manusia. Inilah enam Pesan Imam al-Ghazali kepada manusia yang beliau rangkum dalam enam pertanyaan dan enam jawaban 1. Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia?Jawab “Mati”2. Apa yang paling jauh dari kita di dunia?Jawab “Masa lalu”3. Apa yang paling besar di dunia?Jawab “Nafsu”4. Apa yang paling berat di dunia?Jawab “Amanah”5. Apa yang paling ringan di dunia?Jawab “Meninggalkan sholat”6. Apa yang paling tajam di dunia?Jawab “Lidah” Semoga enam pesan Imam al Ghazali di atas bisa memberikan hikmah bagi kita semua. []
Jakarta - Imam Al Ghazali adalah ulama besar dalam sejarah Islam yang hafal banyak hadis Nabi. Saat bersama murid-muridnya, ia melontarkan sejumlah pertanyaan kepada mereka untuk bisa diambil pesan dalam buku Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali, karangan Ghofur Al-Lathif. Suatu ketika Al Ghazali bertanya, "Apa yang paling berat di dunia?". Para santri menjawab, "Baja" "Besi" "Gajah". Kemudian ia menanggapi, "Semua itu benar, tetapi yang paling berat adalah memegang amanah". Perkataan Imam Ghazali merujuk pada firman Allah SWT dalam Surah Al-Ahzab ayat عَرَضْنَا الْاَمَانَةَ عَلَى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَالْجِبَالِ فَاَبَيْنَ اَنْ يَّحْمِلْنَهَا وَاَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْاِنْسَانُۗ اِنَّهٗ كَانَ ظَلُوْمًا جَهُوْلًاۙArab Latin Innā 'aradnal-amānata 'alas-samāwāti wal-arḍi wal-jibāli fa abaina ay yaḥmilnahā wa asyfaqna min-hā wa hamalahal-insān, innahụ kāna ẓalụman Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung; tetapi mereka semua enggan untuk memikul amanat tersebut, sebab mereka khawatir tidak akan mampu melaksanakannya. Lalu, dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya ia manusia sangat zalim lagi sangat SWT juga meminta kepada tumbuhan, binatang, dan malaikat untuk menjadi khalifah di dunia. Namun mereka enggan, dan manusia lah yang menyanggupi permintaan tersebut. Sehingga dari mereka banyak yang masuk neraka karena gagal memegang hari Imam Al Ghazali bertanya lagi kepada murid-muridnya. Ia bertanya "Apa yang paling ringan di dunia ini?". Murid-muridnya menjawab, "Kapas, angin, debu dan daun-daun".Imam Al Ghazali menanggapi, "Semua jawaban itu benar, namun yang paling ringan sekali di dunia ini adalah meninggalkan sholat. Karena pekerjaan dan urusan dunia, kita mudah meninggalkan sholat."Imam Ghazali kemudian mengatakan bahwa Rasulullah pernah bersabdaوَعَنْ جَابِرٍ - رَضِيَ اللهُ عَنْهُ - ، قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ - صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - ، يَقُولُ إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالكُفْرِ ، تَرْكَ الصَّلاَةِ رَوَاهُ مُسْلِمٌ .Artinya Dari Jabir RA, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya batas antara seseorang dengan syirik dan kufur itu adalah meninggalkan sholat." HR. Muslim.Kepada murid-muridnya Imam Al Ghazali bertanya lagi, "Apa yang paling tajam sekali di dunia ini?"."Pedang," jawab Imam Al Gazali menjelaskan, " Jawaban Itu benar, tetapi di dunia ini yang paling tajam sekali adalah lidah manusia. Sebab melalui lidah, manusia bisa mudah menyakiti hati dan perasaan saudaranya sendiri".Al-Bukhari meriwayatkan dalam kitab Shahih-nya, hadis no. 6474 dari Sahl bin Sa'id bahwa Rasulullah يَضْمَنَّ لِي مَابَيْنَ لِحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَArtinya "Barangsiapa bisa memberikan jaminan kepadaku untuk menjaga apa yang ada di antara dua janggut dan dua kakinya, maka kuberikan kepadanya jaminan masuk surga".Hadis tersebut bermaksud bahwa apa yang ada di antara dua janggutnya adalah mulut. Sementara yang berada antara kakinya yakni kemaluan. Sehingga manusia dianjurkan untuk menjaga Video "Persiapan di Arafah Jelang Puncak Haji 2023" [GambasVideo 20detik] erd/erd
Tidak bisa dipungkiri bahwa Imam Al-Ghazali adalah ulama yang mempunyai popularitas dan keilmuan yang begitu tinggi. Hal ini dikarenakan kegigihannya dalam menuntut ilmu dan juga berkarya. Sejak usia masih belia, yaitu sekitar belum genap berumur 12 tahun. Imam Al-Ghazali sudah mulai mengenal dan tertarik untuk belajar ilmu fikih, hadis, tafsir, bahasa Arab, tasawuf dan ilmu-ilmu rasional seperti filsafat, kalam dan keilmuannya yang mendalam dan dimulai sejak usia belia, telah membuatnya melek ilmu dengan cepat dan tumbuh dewasa sebagai ilmuwan sejati. Bahkan, sejak kecil beliau tidak pernah menghabiskan waktunya untuk bermain dengan teman-teman satu yang menarik dari Al-Ghazali remaja adalah beliau sudah mulai gelisah dengan berbagai persoalan pengetahuan yang berkembang pada masanya. Saat remaja, beliau sudah mempertanyakan berbagai premis-premis filosofis dan logis, mengotak-atik gagasan filsafat dan kalam, mencari celah kelemahannya layaknya seorang guru satu pertanyaan dari sekian banyak pertanyaan rumit yang sudah muncul dalam otaknya saat masih kecil adalah tentang konsep diri, Tuhan dan hukum alam. Beliau selalu bertanya tentang pengertian fitrah, apa hukumnya, bagaimana ia bekerja, apa peran Tuhan di dalamnya, siapa yang layak memiliki fitrah dan juga bertanya bagaimana kita menjelaskan konsep fitrah, terutama dalam konteks agama seseorang. Apakah kita menjadi muslim karena fitrah atau karena faktor lain. Apakah seorang Non-Muslim memeluk agama lain karena mereka terlahir dari orang tua mereka atau ada faktor menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya tersebut, Al-Ghazali remaja sudah memikirkan persoalan lain yang tidak kalah rumit, terutama perihal keyakinan dan kebenaran. Salah satu karyanya yang memperlihatkan bahwa Imam Al-Ghazali adalah seorang yang senang bertanya yaitu kitab Mizan Al-A’mal. Sebuah kitab yang ditulis Imam Al-Ghazali ketika belum genap berumur 18 tahun, dan kitab ini juga mengajak pembacanya untuk memahami sebuah konsep dan ide dengan terlebih dahulu di umur yang belum genap 18 tahun, Al-Ghazali yang masih galau karena belum mampu menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya, akhirnya memotivasi dirinya untuk belajar dan mendalami ilmu-ilmu rasional seperti filsafat dan bawah bimbingan Abu Nasr Al-Isma’ili, Al-Ghazali muda kembali mampu menghasilkan sebuah karya yang bernama Al-Mankhul Min al-Ta’liqat al-Ushul. Sebuah kitab yang berisi catatan-catatan kecil sebagai komentar atas berbagai isu dan persoalan dalam kalam dan tersebut ternyata juga tidak bisa meredam kegelisahan yang ada dalam dirinya, sehingga petualangan akademiknya akhirnya dibarengi juga dengan spiritualitas. Orang-orang dekat dan guru-guru yang selalu memantaunya, melihat Al-Ghazali sedang bergejolak dan berpotensi menjadi liar. akhirnya menyarankan Al-Ghazali untuk banyak dzikir dan beribadah, yaitu mengolah hati dan jiwa selain mengolah pikiran. Salah satu sufi yang berjasa dan setia dalam membantu perkembangan spiritual Al-Ghazali adalah Yusuf ketika berumur 18 tahun, Al-Ghazali tiba di Naisabur, akan tetapi Naisabur sudah tidak begitu rame karena sudah ditinggalkan oleh para ulamanya seperti Imam Al-Qusyairi yang sudah meninggal dan Al-Harawi yang pindah ke Herat. Sehingga Naisabur sudah tidak begitu menawan, khususnya dalam ilmu sudah tidak begitu rame, Al-Ghazali masih menemukan sosok ulama besar di Naisabur. Beliau adalah Abul Ma’ali Al-Juwaini atau Imam Haramain, ulama besar dalam ilmu-ilmu keislaman, sosial dan politik. Berkat pertemuannya dengan Al-Juwainilah, Al-Ghazali mampu menemukan titik kekuatannya dan arah pemikirannya. Beliau kemudian sadar bahwa kelebihannya terletak pada pemikiran dan adalah salah satu guru yang mengajarkan berbagai disiplin ilmu seperi ushul fikih, mantiq, fikih, filsafat, logika, kalam dan retorika perdebatan kepada Al-Ghazali. Tidak butuh waktu lama bagi Al-Ghazali untuk menguasai ilmu-ilmu tersebut, sehingga membuat Imam Al-Juwaini sering kaget dan tertegun dengan kecepatan Al-Ghazali dalam menguasai hanya dalam waktu tujuh tahun, Al-Ghazali mampu mengasilkan karya-karya besar seperti Maqashid Al-Falasifah, Fadha’ih Al-Bathiniyyah, Al-Mustasfha. Di mana ketiga karya besar tersebut ditulis ketika beliau berumur sekitar 18 hingga 25 tahun. Tidak bisa dibayangkan, bagaimana beliau yang masih muda begitu produktif berkarya dengan kualitas yang begitu Imam Al-Juwaini sebagai sang guru merasa tersaingi oleh muridnya tersebut, dan pernah mengatakan kepada Imam Al-Ghazali dengan sedikit nada candaan “Engkau telah menguburku dengan karya-karyamu, tidakkah engkau bersabar sejenak hingga aku mati, baru engkau menuliskan ide-idemu?”.Al-Ghazali adalah teladan bagi generasi muda untuk tidak malas dalam berkarya, termasuk berkarya melalui tulisan. Sebagaimana kita ketahui bahwa semua penulis atau orang yang berkarya akan meninggal, hanya karyalah yang akan abadi sepanjang Imam Al-Ghazali pernah memberi wasiat dan sudah beliau praktekkan sendiri yaitu “Jika kau bukan anak raja, juga bukan anak ulama besar, maka menulislah”. Beliau bukan anak raja dan bukan anak ulama besar, akan tetapi beliau menulis sejak usia muda dan melalui karya-karyanyalah beliau menjadi ulama besar, yang pemikiran dan karyanya bisa kita nikmati sampai saat a’lam.
Oleh Hasan Basri Tanjung Imam al-Gazali wafat 1111 M adalah ulama terkemuka dan termasyhur dalam dunia Islam memberi petuah lewat pertanyaan. Ia sangat mumpuni dalam bidang syariah fikih, kalam, filsafat, dan tasawuf. Karya-karyanya begitu banyak dijadikan rujukan dan memberi inspirasi bagi generasi berikutnya. Imam al-Ghazali bertanya kepada murid-muridnya akan enam hal biasa, tapi kemudian dijawab dengan luar biasa sebagai sebuah petuah. Pertama, "Apakah yang paling dekat dengan diri kita?" Murid-muridnya menjawab "Orang tua, guru, teman dan kerabat." Sang Imam menghargai jawaban itu meski tidak sesuai harapan. Lalu beliau berkata "Yang paling dekat adalah kematian." Sebab, setiap yang bernyawa pasti mati QS [3]185, [29] 57, [21] 35, tanpa diduga QS [21] 34, sudah pasti dan tak bisa dipercepat atau diperlambat QS [10] 49, [63] 11, dan tak bisa dihindari QS [4] 78, [62] 8. Kedua, "Apakah yang paling jauh dari diri kita?" Murid-muridnya menjawab "Negeri Cina, Bulan, Matahari, dan Bintang." Sang Imam berkata "Yang paling jauh adalah waktu yang telah berlalu." Waktu tak pernah berhenti hingga akhir masa kiamat. Jika berlalu, tak pernah kembali. Semenit yang berlalu, lebih jauh dari seribu tahun yang akan datang. Dalam Alquran sedikitnya ada 224 kali dijelaskan tentang waktu, termasuk Allah bersumpah atasnya. Ketiga, "Apakah yang paling besar di dunia ini?" Ada yang menjawab dengan gunung, Matahari, Bumi, dan lainnya. Al-Ghazali menjawab "Yang paling besar adalah hawa nafsu." Manusia bisa bertindak seperti binatang atau bahkan lebih hina karena tidak mampu mengendalikan hawa nafsu. QS [7] 179. Kita lihat, pejabat negara, politikus, birokrat, orang tua, guru dan siapa saja tertunduk malu karena tidak mampu mengendalikan hawa nafsu, baik syahwat, kekuasaan, maupun harta benda korupsi. Keempat, "Apakah yang paling berat di muka bumi ini?" Muridnya menjawab "Baja, gulungan besi, gajah, dan lain-lain. Beliau melanjutkan "Yang paling berat adalah amanah." Manusia diutus ke muka bumi ini untuk menjadi khalifah QS [2] 30 dan diberi amanah memakmurkan alam semesta QS [11]61. Kelima, "Apakah yang paling ringan di dunia ini?" Ada yang menjawab, yang paling ringan adalah kapas, angin, debu dan dedaunan kering. Al-Ghazali menjawab "Yang paling ringan adalah meninggalkan shalat." Shalat adalah tiang agama, siapa yang mendirikannya berarti menegakkan agama dan siapa meninggalkan sama dengan ia meruntuhkan agama. HR Tabrani. Ringan dan mudah meninggalkannya, tapi tidak semudah menjalankannya. Keenam, "Apakah yang paling tajam di dunia ini?" Dijawab oleh murid-muridnya dengan pedang. Al-Ghazai berkata "Yang paling tajam adalah lidah." Pepatah Arab menyebutkan, "Kalau pisau melukai badan, masih ada harapan sembuh. Tapi, jika lidah melukai hati, ke mana obat akan dicari." Pepatah lain mengatakan "Seorang bisa mati karena terpeleset lidahnya, tapi tidak akan mati karena terpeleset kakinya." Khuluqul Muslim, al-Ghazali, hlm 163. Wallahu a'lam bish-shawab. sumber Republika
pertanyaan imam al ghazali